Republika/Wihdan Hidayat
Perjalanan dilanjutkan ke rumah dinas Kapitan Cina di depan Alun-Alun Madiun. Kapitan Cina dulunya adalah kepanjangan tangan pemerintah Belanda yang bertugas untuk mengawasi dan menarik retribusi kepada setiap warga Cina yang berdagang di Madiun.
Meski secara fisik bagus, rumah bergaya Eropa yang memiliki tiga pintu depan itu terkesan kurang terawat. Terbukti, banyak rumput liar tumbuh di rumah yang dikuasai secara pribadi oleh keturunan Kapitan Cina. Karena bukan milik pemerintah, gerbang rumah ditutup dan saya hanya bisa melihat dari jalan saja.
Teman kami seperjalanan, Kordinator Madiun Heritage Community Bernadi S Dangin mengungkap, Kapitan Cina memiliki kedudukan penting pada masa kolonial. Ia menunjukkan, jalur rel kereta api Madiun-Ponorogo yang berujung pada stasiun Madiun lama dan saat memasuki pusat kota bercabang hingga berhenti di depan rumah Kapitan Cina.
Jalur kereta api Madiun-Ponorogo sejak era 80-an sudah tidak aktif. Sedangkan rel yang mengarah ke Alun-Alun Madiun tertutup proyek pelebaran jalan. “Kalau jalur rel berhenti di depan rumah Kapitan Cina, hal ini menandakan jabatan itu sangat berpengaruh,” katanya.
Penelusuran jejak peninggalan Belanda mengantarkan saya sampai di Jalan Diponegoro yang dulu bernama Jalan Wilhelmina. Di kawasan ini, terdapat bangunan bersejarah bernama gedung Bosbow atau Boschbouw. Kata ini diambil dari bahasa Belanda, bosch berarti hutan atau kehutanan, dan bouw berarti gedung.
Pada era penjajahan, Bosbow merupakan sebuah sekolah kehutanan Madiun, cabang dari sekolah Kehutanan Bogor. Pendirinya adalah JH Becking, seorang pimpinan Jawatan Kehutanan pada 26 Agustus 1939. Pendirian sekolah yang bernama Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) itu disebabkan Madiun dikenal sebagai sentra hutan produksi jati di Jawa Timur.
Menurut Bernadi, melihat strukturnya, bangunan Bosbow hampir mirip dengan kompleks OSVIA di Serang. Namun perbedaannya, Bosbow di Madiun yang dijadikan perumahan prajurit Komando Resort Militer (Korem) 081 Dhirotsaha Jaya kondisinya sangat memprihatinkan.
Tugu di atas rumah sudah miring dan hampir ambruk. Adapun kondisi cat dan atap rumah dibiarkan tidak terawat. Adapun di Bosbow di Serang sekarang difungsikan sebagai markas Polres Serang, dan kondisinya sangat bagus. “Kondisi gedung di Madiun dan Serang sangat kontras sekali,” keluh Bernadi.
Ia menyesalkan, seandainya Pemda memperhatikan kondisi bangunan cagar budaya, tentu bangunan Bosbow bisa dijadikan tempat wisata yang pasti menarik dijadikan tempat jujugan wisatawan. Bernadi optimistis, seandainya bangunan Bosbow dilestarikan, bukan tidak mungkin menjadi ikon bangunan bersejarah di Madiun, seperti Lawang Sewu di Semarang atau Museum Fatahilah di Jakarta.
Ia menyesalkan, seandainya Pemda memperhatikan kondisi bangunan cagar budaya, tentu bangunan Bosbow bisa dijadikan tempat wisata yang pasti menarik dijadikan tempat jujugan wisatawan. Bernadi optimistis, seandainya bangunan Bosbow dilestarikan, bukan tidak mungkin menjadi ikon bangunan bersejarah di Madiun, seperti Lawang Sewu di Semarang atau Museum Fatahilah di Jakarta.
“Semoga ke depan bangunan ini menjadi ikon kebanggaan Kota Madiun. Jangan sampai kita termasuk kelompok yang lupa dengan sejarah masa lalu,” katanya mengingatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar